Idamanjanda.com – Kali ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang menjalin cinta sejak di bangku kuliah. Sang lelaki adalah seorang pengacara muda yang sangat haus akan hubungan sex, sedangkan sang wanita adalah seorang yang rada ngeri dengan sex. Maklum, masih perawan.
Pada hari yang telah ditentukan, mereka melangsungkan akad nikah. Dimas (nama samaran sang lelaki) sudah merencanakan bahwa resepsi pernikahan ini hanya berlangsung satu hari dan hanya beberapa jam saja di gedung sewaan.
Setelah itu keduanya langsung pergi ke hotel yang telah dipesan.
Malam itu, Dimas dan Laras (nama samaran sang perempuan) sangat lelah setelah ngobrol dengan orangtua dan sanak famili mereka. Mereka bersyukur para”tamu tak diundang” sudah pada pulang.
Akhirnya tinggallah mereka berdua di hotel bintang lima itu. Terlebih dahulu Laras membersihkan make up yang menempel.
“Papa mandi duluan gih. Ntar Mama nyusul” kata Laras dengan lembut sambil mengelus kepala suaminya.
“Nggh, Papa duluan ya Ma,” Dimas menggeliat bangun sambil mencium bibir istrinya dengan mesra.
“Hmm” Laras membalas ciuman itu dengan hangat.
Kemudian terdengar desir shower yang membasahi tubuh Dimas. Sementara Laras menunggu sambil membaca majalah wanita (padahal Dimas sengaja membeli majalah-majalah erotis supaya Laras terangsang). Laras adalah tipe wanita yang tidak ingin tahu soal hubungan sex, bahkan sejak di bangku kuliah. Paling-paling hal yang dilakukan sama Dimas dulu hanya sebatas ciuman saja.
15 menit kemudian Dimas memanggil dari kamar mandi.
“Ma, mandi bareng yuk!” Laras kaget dan langsung menolak ajakan itu.
Tapi Dimas nekat, dengan tubuh yang telanjang bulat dan penis yang menegang, dia berjalan menyusuri kamar dan menggendong istrinya.
“Papa apa-apaan? Baju Mama jadi basah ni!” Laras meronta, tapi percuma. Dimas begitu kuat mencengkeram.
“Nggak apa-apa Ma!”
Dimas membanting pintu kamar mandi. Dengan masih berpakaian lengkap Dimas menggiring tubuh istrinya hingga kebasahan kena air shower. Laras teriak-teriak seperti orang yang akan diperkosa. Dimas mendempet tubuh istrinya sehingga Laras tidak dapat bergerak lagi.
“Papa jangan Pa! Jangan di sini!” tangisnya meledak.
Dimas hanya tersenyum saja. Dia dengan cepat melepas kaos istrinya hingga mencuatlah BH yang membungkus payudara berwarna coklat mulus. Laras tambah histeris.
“Aahh!! Paa jangan!” jeritnya mengiba ketika Dimas melepaskan kaitan BH Laras. Sekarang ia sudah telanjang dari pinggang ke atas.
Laras mencoba menahan kepala Dimas yang memainkan lidahnya di kedua buah dadanya sambil manahan juga rangsangan yang hebat dari Dimas yang kini menghisap kedua puting susunya kanan-kiri. Kedua puting itu mengeras dan membesar.
“Aauuhh! Paa udah dong jangan di sini!”
Tangan Dimas lebih kasar lagi, sekarang dia menyusup ke balik celana panjang Laras dan berusaha melepaskan celana itu. Tangan Laras mencegah tangan suaminya melepaskan celana panjangnya. Percuma, celana panjang terlepas sudah. Sekarang yang tersisa hanyalah celana dalam. Laras mati-matian mempertahankan “benteng terakhirnya” itu.
Suara Laras yang menangis itu ternyata membangkitkan rangsangan Dimas. Dia langsung menyusup ke balik CD istrinya dan kemudian mengelus vagina yang ternyata udah basah dari tadi. Entah apakah basah karena air shower atau emang udah basah karena cairan vagina itu sendiri.
Jari telunjuk Dimas mengelus-elus permukaan vagina yang licin itu sampai Laras mendesah-desah, ” Aahh, aahh.. uddah Paah!”
Muka Laras memerah seperti udang rebus. Tanpa sadar Laras merenggangkan kakinya sehingga Dimas dengan mudah melepaskan CD. Sekarang mereka berdua telah tenajang bulat. Dimas menggencet tubuh istrinya di tembok dan kemudian penis yang sudah menempel di perut Laras dia goyang-goyang seperti gerakan bersetubuh. Laras berteriak mengelinjang sementara bibir dan lidah Dimas sibuk mengecup dan menjilat leher dan tengkuk istrinya. Tak lupa pula bibir Laras ia kulum seperti permen. payudaranya juga tidak luput dari remasan tangan yang sudah terbakar nafsu birahi.
Pantat Dimas terus menggenjot penis yang menekan perut Laras.
“Aaahh, Papa janggan Paahh berentii doonng” Laras sudah kepayahan digencet terus di tembok. Sebenarnya Laras merasakan rangsangan yang hebat, tetapi dia tidak mau mengakui kalau dia terangsang hebat.
Seandainya saja dia mau mengakui tentu dia akan menikmati permainan ini.
Dimas semakin keras menggoyangkan pantatnya dan akhirnya terjadilah semburan yang dahsyat yang membanjiri perut Laras!
“Aahhkk!” Dimas Vaginaik tertahan.
“Uuuhh!!” Laras ternyata mengalami orgasme juga.
Vaginanya basah sekali oleh lendir dari liang kewanitaannya.
Laras yang kelelahan terduduk di lantai kamar mandi. Penis Dimas yang masih setengah bangun dituntun masuk ke mulut Laras. Laras yang merasa jijik kontan saja melepehkan penis itu. Melihat reaksi seperti itu langsung saja Dimas mencengkeram kepala Laras. Penis itu lalu dihisap sampai menegang lagi dan Dimas mengoral Laras. Goyangan semakin liar dan Laras pun tampaknya menikmati oral sex ini, walau masih malu-malu.
Dimas yang semakin terangsang menjambak rambut Laras dan menggerakkan kepala istrinya maju-mundur sambil menggoyangkan pantatnya. Sepuluh menit kemudian Dimas merasa akan mencapai klimaks lagi. Dia tahan kepala istrinya supaya nggak memuntahkan spermanya.
Creett! Crettt! Sperma tertumpah di dalam mulut Laras.
“Hhhkk!” Laras mau muntah tapi ditahan suaminya.
“Tahan sayang! Telan! Ini obat awet muda!” seru Dimas sambil keenakan. Akhirnya dengan susah payah Laras menelan semua sperma suaminya.
Sambil menyeka sisa sperma yang menetes, Laras bangkit dan berkata,
“Pa, permainanmu dahsyat banget. Sebenarnya Mama pengen dari dulu begini sama Papa”
Dimas tersenyum mendengar penuturan istrinya.
Mereka mandi bersama sambil berpelukan selama hampir 2 jam.
Setelah puas bermandi-mandi, mereka nonton DVD berdua. Dimas menyuruh Laras mengenakan tank top untuk olahraga yang memperlihatkan bagian perut yang masih rata dipadu dengan celana dalam yang serasi warnanya, sementara Dimas sendiri mengenakan celana dalam saja.
Dimas sengaja mengajak istrinya nonton film biru agar Laras makin terangsang. Mereka duduk di lantai yang berkarpet mewah, bukan di tempat tidur. Laras nampak kedinginan karena AC-nya menyala terus. Dimas memeluk tubuh istrinya dari belakang sambil menempelkan kemaluannya di punggung istrinya. Tangannya iseng meremas payudaranya.
“Mama kedinginan ya?” tanya Dimas sambil terus meremas.
Mata Laras tak lepas dari film jorok itu.
“Pa,”
“Hmm?”
“Mama mau deh sekarang kita melakukan kayak gitu” kata Laras sambil menunjuk pria bule yang sedang menyetubuhi perempuan Asia.
Setelah berkata begitu, Laras memandang lekat-lekat suaminya dengan penuh cinta. Mereka bangkit lalu berbaring di kasur. Sementara DVD terus menyala.
Mereka berbaring sambil bercengkrama. Ternyata Laras hanya berpura-pura menolak waktu di kamar mandi. Sebenarnya dia hanya nggak mau keperawanannya hilang di kamar mandi. Mendengar hal itu Dimas mencium bibir istrinya dengan penuh kasih sayang. Laras membalas ciuman itu dengan birahi membara. Ditindihnya Dimas hingga kehabisan nafas. Dimas nggak tinggal diam. Dicopotnya tank top Laras dan kembali mencumbui daerah dada wanita itu.
Tak lama kemudian keduanya telah telanjang bulat. Penis Dimas memanjang kembali. Laras memeluk suaminya dengan erat. Dimas berguling sehingga badannya kini berada di atas Laras.
“Setubuhi Mama, Pa! Renggutlah keperawanan Mama sekarang!”
Dimas sudah tidak bisa menahan nafsunya. Kini mereka berdua sudah benar-benar dalam posisi siap untuk melakukan. Laras di bawah, dan Dimas di atas. Hanya saja Dimas masih memainkan ujung penisnya di klitoris istrinya yang vaginanya sudah banjir memerah mekar menunggu dijebol!
“Papa masukin ya Ma.” Dimas memasukkan penisnya perlahan.
“Aaaoouuhh..” desah Laras keenakan.
Matanya terpejam. Dadanya menempel pada dada Dimas.
Sampai suatu saat Dimas merasakan ada yang menghalangi jalan masuk penisnya. Batang penis yang mempunyai panjang 13 cm itu sulit untuk masuk. Dengan sedikit iseng Dimas menyodok-nyodokkan pelan ke selaput dara istrinya.
Laras langsung merintih.
“Uuuhhkk.. enak Pa.”
Dimas dengan sedikit tenaga menghujamkan penisnya melewati selaput itu. Selaput dara istrinya langsung robek.
“Aduuhh sakit Paa..!” Laras tiba-tiba menjerit kesakitan.
Dimas langsung mencium istrinya. Penisnya tidak digerakkan dulu menunggu sampai vagina istrinya terbiasa dengan penis yang masuk.
Laras terisak-isak, tidak menyangka akan segini sakit padahal vaginanya sudah banjir dari tadi. Dengan cueknya Dimas menggenjot penisnya. Darah menetes dari vagina Laras yang masih kesakitan. Terdengar nafas Dimas yang memburu seperti sedang maraton. Setelah semakin lancar maju-mundur, terlihat di wajah Laras mulai menunjukkan tanda-tanda kenikmatan.
Peluh mulai membasahi keduanya.
“Gimana sayang, masih sakit?” tanya Laras yang terlihat keenakan.
“Ngga lagi Pa, ayo terus Pa! Enak, tusuk terus Pa!” Laras menjawab sambil komat-kamit nggak jelas.
Dimas makin mempercepat goyangannya. Lima menit kemudian terasa tubuh Laras bergetar dan dia melenguh panjang.
“Uuuhh!!”
Merasa istrinya sudah orgasme, Dimas mempercepat tusukannya, semakin cepat dan,
“Oookkhh!”
Cairan mani menyembur hangat di dalam liang vagina Laras. Cairan itu menetes keluar vagina saking banyaknya. Laras tertelentang pasrah sambil menarik napas terengah-engah, sedangkan Dimas tertelungkup tak berdaya di atas tubuh istrinya. Penisnya masih tertancap, walaupun sudah lemas.
Dimas lalu berguling ke samping dan bertanya,
“Gimana Ma? Enak ngga?”
Laras nggak bisa berkata apa-apa lagi. Raut wajahnya kelihatan puas. Dia hanya mengangguk lemas.
Tapi tak lama kemudian Laras berhasil membangkitkan kembali birahi suaminya dan membuat mereka melakukan kembali. Kali ini Dimas terlentang di bawah sedangkan Laras duduk di atas penis suaminya sambil memunggungi Dimas. Laras ternyata wanita yang sangat tangguh. Sepuluh menit tidak ada tanda-tanda ingin orgasme.
Tak berapa lama Dimas merasakan genjotan istrinya semakin cepat dan penisnya serasa dijepit oleh jepitan yang sangat kuat. Laras orgasme lagi. Dimas belum mau keluar. Dia suruh Laras nungging di atas tempat tidur. Dari belakang kemudian dia menusukkan penisnya seperti anjing yang sedang kawin. Dimas lalu menempelkan dadanya ke punggung Laras. Tak lupa tangannya menggerayangi payudara yang seperti bola itu.
Laras merasa cengkeraman tangan Dimas di payudaranya makin mengencang dan goyangan suaminya semakin cepet.
“Uuukhh, croot croot”
Cairan mani yang hangat kembali membasahi vagina Laras. Mungkin karena pengaruh mani suaminya Laras mengalami orgasme lagi. Dia sudah tidak memperdulikan rasa sakit akibat kehilangan keperawanan.
Ketika suaminya mencabut penisnya dan berbaring kembali, Laras berbisik,
“Vaginaku robek besar. Kaurenggut keperawananku. Tapi aku sadar, semua bagian tubuhku adalah milikmu. Aku cinta kamu, Pa”
Laras lalu mencium kening suaminya yang tertidur. Sejak saat itu Laras selalu meminta hubungan sex di manapun dan kapanpun ada kesempatan. Dia jadi lebih maniak sex dibanding Dimas.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,